Mahalnya Biaya Tebang Pohon di Amerika

0 Comments





Beberapa hari yang lalu di kota kami ada angin kencang sekali melibas daerah kami. Kuatnya angin itu sampai merobohkan beberapa pohon di halaman rumah kami. Untungnya pohon-pohon yang tumbang jaraknya jauh dari bangunan rumah. Tapi ketika angin kencang itu selesai beraksi, suami bilang ada satu pohon disamping rumah yang hampir tercerabut dari akarnya dan posisinya sekarang menyender pada pohon lainnya. Pohon itu kalau kena angin kencang lagi bakal tumbang beneran dan dikhawatirkan tumbangnya menghantam atap dapur. Dengan diameter pohon tersebut yang berkisar 25 cm dengan tinggi hampir 15 meter, rasanya bakal lumayan merusak rumah kalau sampai mendarat di atap dapur kami dimana saya berkantor. Iya, dapur kan kantornya ibu-ibu rumah tangga macam saya. Selain dapurnya yang dikhawatirkan rusak tapi nyawa orang yang ada di dapur lebih terancam kalau sampai atap dapur ketiban pohon itu. Sebenarnya kalau menurut saya nggak bakal itu pohon tumbang ke rumah kami tapi menurut suami pohon itu tetap bakal menghantam atap dapur kalau ada angin kencang lagi sehingga dia memutuskan untuk menebangnya. Saya fikir mau dia tebang sendiri karena di kampung kan kebiasaan nebang-nebang begitu ya dilakukan sendiri. Lagian dia juga beli gergaji besar, kirain saya buat nebang pohon itu. Ternyata katanya dia harus membayar tukang tebang profesional. Lha terus itu gergaji mesin gede buat apa ya Katanya itu gergaji cuma buat motong batang-batang pohon sekitar rumah yang kecil-kecil, bukan ukurannya buat nebang pohon gede.  Oooohh, kata saya. Jadi kita harus bayar tukang tebang pohon untuk melakukannya. Tukangnya juga bukan sembarang tukang tapi yang sudah bersertifikasi dan memiliki asuransi. Asuransi ini diperlukan andai tukangnya itu mengalami kecelakaan saat melakukan pekerjaan tebangnya, dia punya asuransi sendiri, jadi tidak kita yang menanggung biaya perawatan dan pengobatannya. Untuk bagian sertifikasi dan berasuransi ini, saya benar2 geleng2 kepala, karena di kampung gak pernah dengar ada tukang kayu bersertifikasi dan berasuransi. Yang penting bisa pegang gergaji dan bisa nebang pohon dengan benar aja. Tukang tebang pohon profesional pun dihubungi dan dia datang mengontrol pohon yang mau ditebang untuk memberikan gambaran harga kira-kira berapa biaya untuk memotong pohon yang kita mau tebang. Suami sebelumnya sudah bilang kalau harga tebang pohon itu mungkin mencapai 650 dolar. Ternyata pas dicek sama tukang tebangnya, dia bilang 950 dolar. Mulut saya sampai menganga. Kalau dirupiahin kan itu 10 juta lebih. Mengurut dada deh saya beneran kalau dengar duit-duit gede begitu. Saya mau bilang tidak, karena saya fikir kalau sampai pohon itu tumbang kena rumah ya lapor aja sama pihak asuransi rumah. Tapi suami saya bilang, dengan kondisi pohon yang sudah kita tahu bakal tumbang ke rumah andai ada angin kencang atau badai, dan kita membiarkannya menunggu roboh sendiri, besar kemungkinan pihak asuransi tak akan mau membayar klaim kita. Kalau mereka tidak mau bayar, berarti kita sendiri ntar yang harus benerin kerusakan rumahnya. Biaya benerin atap rumah disini kalau sampai kena pohon itu, tentu saja bakal lebih dari 950 dolar. Akhirnya saya menyerah setuju. Tukang tebang pohon pun beberapa hari kemudian datang. Kirain mau ditebang sendirian, ternyata yang datang itu 4 orang saparakanca alias satu grup plus dua truk dan crane. Mereka pun mulai bekerja dengan melempar tambang-tambang ke pohon sekitar pohon yang mau ditebang. Tujuannya agar pohon yang ditebang itu pas ditebang nanti jatuhnya ke arah yang berlawanan dengan posisi dapur kami.  Setelah tambang itu ditalikan kesana dan kesini, maka mulailah gergaji besar beroperasi menyakiti si pohon itu.  Mula-mula si pohon dipotong beberapa inch dari akarnya, kemudian gergajian kedua, si pohon dipotong satu meteran dari ujung tadi, begitu pun potongan ketiga yang mengakibatkan kini posisi pohon itu menggelantung di tambang yang mengikatnya di puncaknya. Terakhir, giliran truk yang menurunkan pohon itu dari gelantungan si tambang yang mengikatnya. Si batang-batang serta rantingnya mereka masukan ke mesin penghancur jadi serbuk. Ketika truk itu datang dan melihat banyak serbuk kayu didalamnya, saya fikir mereka bawa2 sampah, ternyata itu adalah serbuk2 kayu dari hasil penghancuran batang-batang kayu yang mereka tebang. Saya tertawa melihatnya sementara tukang-tukang tebang sibuk memotong bongkahan pohon yang ditebang menjadi beberapa bagian dan ditumpuk-tumpuk.
  Dokpri Proses menebang kayu ini seperti mudah, tapi saya setelah saya hitung waktunya sejak mereka datang melihat-lihat dan melempar tambang-tambang hingga selesai, total memakan waktu 3 jam. Wehhhh... lama juga ternyata.  Melihat banyaknya pohon-pohonan di sekitar rumah kami saya fikir kami bisa menjualnya kayak di Indonesia menanam pohon Jenjeng. Melihat biaya tebangnya mahal begini, pantesan suami bilang lebih baik dibiarkan buat  menampung oksigen daripada ditebang lagian pohon-pohon yang kami miliki ini jenisnya kayu berkualitas rendah kalau untuk bahan bangunan atau furniture. Padahal kalau dilihat secara kasat mata menurut saya kelihatannya lebih baik dari kayu Jenjeng deh dan kayu jenjeng di kampung saya sering dijadikan bahan bangunan tapi tidak disini. Karena disini untuk bahan bangunan kayunya rata2 berkualitas bagus seperti kayu Oak. Tak heran rumahnya pada tahan lama walaupun terbuat dari kayu. Beda banget dengan rumah-rumah di kampung kami yang dalam hitungan belasan tahun biasanya sudah rusak atapnya maupun pilar-pilar jendela dan sebagainya.


menerima jasa potong pohon

Some say he’s half man half fish, others say he’s more of a seventy/thirty split. Either way he’s a fishy bastard.

0 comments:

Diberdayakan oleh Blogger.

Services

JASA Tebang Pohon (rujik) Semarang

jasa tebang pohon di Semarang Jangan sungkan untuk menghubungi kami jika anda punya problem pohon besar yang ingin ditebang karena membah...

Blog Archive

Facebook

BTemplates.com

Advertisement

Blogroll

randomposts

About